Rabu, 18 April 2012

Kata Ganti dan Sudut Pandang

KATA GANTI (PRONOMIA)

Kata ganti adalah kata yang digunakan untuk menggantikan kata benda atau yang dibendakan. Kata ganti bisa berupa kata ganti orang, petunjuk, penanya, empunya, dan kata ganti penghubung.

Kata ganti orang terbagi atas:

  • Tunggal orang pertama (aku, hamba, saya, dsb.)
  • Jamak orang pertama (kami, kita)
  • Tunggal orang kedua (kau, kamu, Anda, dsb.)
  • Jamak orang kedua (kalian)
  • Tunggal orang ketiga (dia, ia, beliau, dsb.)
  • Jamak orang ketiga (mereka)
Kata ganti petunjuk, misalnya ini, itu, dsb.

Kata ganti penanya, misalnya siapa, di mana, dsb.

Kata ganti empunya merupakan kata ganti yang menggantikan orang dalam kedudukannya sebagai pemilik. Terdiri dari kata ganti proklitik dan kata ganti inklitik. Kata ganti proklitik yaitu kata ganti orang yang melekat pada kata asal, misalnya kaubaca, kauambil, kauminta. Sedangkan kata ganti inklitik yaitu kata ganti orang yang melekat di belakang kata asal, misalnya bukuku, rumahmu, sepedanya.

Kata ganti penghubung merupakan kata yang menghubungkan suatu kata benda dengan sifat-sifatnya atau dengan kata yang menerangkan, misalnya yang, tempat.


SUDUT PANDANG (POINT OF VIEW)

Sudut pandang termasuk unsur intrinsik pada karya sastra. Sudut pandang dibagi menjadi dua, yaitu sudut pandang orang pertama dan sudut pandang orang ketiga.

Sudut pandang orang pertama dapat digunakan dalam dua kondisi sebagai berikut.
  1. Sebagai tokoh sentral (utama). Apabila tokoh sentralnya yakni pengarang yang secara langsung terlibat dalam cerita, seperti "aku", "saya".
  2. Sebagai pembantu. Apabila pengarang menampilkan "aku" hanya menjadi pembantu yang mengantarkan tokoh lain yang lebih penting.
Sudut pandang orang ketiga digunakan dalam dua kondisi sebagai berikut.
  1. Tokoh utama yang serba tahu. Apabila pengarang berada di luar cerita dan menjadi pengamat yang tahu segalanya, bahkan berdialog langsung dengan pembacanya. Ciri-cirinya adalah menggunakan nama orang, misalnya Ratna, Putri, dll.
  2. Terbatas. Apabila pengarang menjadi pencerita yang terbatas hak ceritanya. Ia hanya menceritakan apa yang dialami tokoh, sebagai tumpuan ceritanya.
Categories: